Langsung ke konten utama

TES DAN NON TES DALAM EVALUASI

 

dalam pembelajaran evaluasi pembelajaran matematika terdapat evaluasi  yang sering kita gunakan yaitu tes dan non tes, lalu apa saja tes dan non tes dalam evaluasi kita  lihat makalah berikut 


TES DAN NON TES DALAM EVALUASI

 

1.1           Latar Belakang

Dalam pembelajaran terdapat beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan pendidik. Teknik penilaian adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk mendapatkan informasi tentang proses dan produk belajar peserta didik. Penggunaan berbagai teknik dan  alat  tersebut  harus  disesuaikan  dengan  tujuan  penilaian, waktu  yang  tersedia,  sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan jumlah materi pembelajaran yang sudah disampaikan.

Teknik penilaian non-tes dapat digunakan untuk mengetahui proses dan produk dari hasil belajar peserta didik, misalnya berkaitan dengan kompetensi sikap. Dalam makalah ini hanya dibicarakan mengenai a) apa itu tes dalam evaluasi pembelajaran b) apa itu non tes dalam evaluasi pembelajaran c) apa itu evaluasi, d) apa itu tes, d) bagaimana teknik tes dalam evaluasi pembelajaran, e) bagaimana teknik non tes dalam evaluasi pembelajaran

 

1.2           Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.       Apa itu tes dalam evaluasi pembelajaran?

2.       Apa itu non tes dalam evaluasi pembelajaran?

3.       Bagaimana teknik tes dalam evaluasi pembelajaran?

4.       Bagaimana teknik  non-tes dalam evaluasi pembelajaran?

 

1.3           Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk:

1.   Untuk mengetahui pengertian  tes dalam evaluasi pembelajaran.

2.   Untuk mengetahui non tes dalam evaluasi pembelajaran

3.   Untuk mengetahu bagaimana teknik tes dalam evaluasi pembelajaran

4.   Untuk mengetahui bagaimana teknik  non-tes dalam evaluasi pembelajaran

 

1.4           Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah kajian pustaka dari berbagai sumber yang  relevan yaitu buku, dan jurnal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

II.        PEMBAHASAN

 

2.1    Pengertian tes dalam evaluasi pembelajaran

Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian. tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu. Setiap butir pertanyaan atautugastersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian apabila suatu tugas atau pertanyaan menuntut harus dikerjakan oleh seseorang, tetapi tidak ada jawaban atau cara pengerjaan yang benar dan salah maka tugas atau pertanyaan tersebut bukanlah tes.


Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan oleh guru
untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan. Tes terdiri atas sejumlah soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam tes menghadapkan siswa pada suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi siswa untuk menanggapi tugasatausoaltersebut. Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan.

 

Evaluasi pembelajaran adalah proses sistematis mengumpulkan, menganalisi dan mengintepretasi informasi dalam menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pengajaran( Gronlund dalam Zulkifli Matondang, 2009).

 

Dalam uraian diatas tampak bahwa tes dalam evaluasi merupakan penilaian yang diperoleh melalui proses untuk mendapatakan tujuan pengajaran

 

2.2    Pengertian non tes dalam evaluasi pembelajaran

non-tes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor,  berbeda dengan teknik tes yang  lebih menekankan asfek kognitif. Alat atau instrument yang digunakan baik te maupun non tes merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu terutama yang berkenaan dengan nilai. Secara sederhana pengertian non tes merupakan komponen yang ada di dalam ruang lingkup evaluasi, maka instrument evaluasi jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mempermudah guru untuk memperoleh kualitas atas suatu objek dengan menggunakan teknik non-tes.

2.3    Teknik Tes

Rosidin, Undang (2017) menyebutkan teknik Tes dibagi beberapa golongan, penggolongan tes berdasarkan fungsi,aspek psikis, jumlah peserta , segi waktu respons dan cara mengajukan / memberikan pertanyaan, uraian penggolongan tes  sebagai berikut :

a. Berdasarkan Fungsinya sebagai Alat Pengukur Perkembangan/ Kemajuan Belajar Siswa

1) Tes Seleksi

Tes seleksi sering dikenal dengan istilah "ujian ringan" atau "ujian masuk". Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, hasil tes akan digunakan untuk memilih calon siswa yang tergolong paling baik dari banyaknya calon siswa yang mengikuti kegiatan seleksi.

Contoh Soal  Test Seleksi

2) Tes Awal

Tes awal sering dikenal dengan istilah "pretest". Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan materi atau bahan ajar yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh siswa. Jadi tes awal dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada siswa. Oleh karena itu, sebaiknya butir-butir soal pada tes awal dibuat dengan kategori mudah.

Contoh

 

 

 

 

3) Tes Akhir

Tes akhir sering dikenal dengan istilah "posttest". Tes akhir dilaksana- kan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran oleh siswa.

Contoh Soal Postest

 

4) Tes Diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat terhadap jenis kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh siswa maka secara lebih lanjut dapat dilakukan berbagai upaya tepat dalam menyelesaikan permasalahan. Tes diagnostik juga untuk jawaban atas pertanyaan "Apakah siswa sudah dapat menguasai pengetahuan yang menjadi dasar atau landasan untuk dapat menerima atau melanjutkan ke pengetahuan berikutnya?".

Contoh Soal Tes Diagnostik

 

5) Tes Formatif

Tes formatif merupakan tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Tes formatif biasanya dilaksanakan pada pertengahan program pembelajaran. Tes ini sering disebut dengan "ujian harian". Materi tes formatif adalah materi yang telah disampai- kan kepada siswa sebelumnya. Soal yang diberikan kepada siswa dapat termasuk soal berkategori mudah ataupun sulit. Dalam tes ini, jika siswa telah menguasai materi yang telah diajarkan dengan baik, maka guru akan menyampaikan materi selanjutnya. Apabila materi belum dapat dikuasai secara menyeluruh oleh siswa, maka guru harus mengajarkan bagian materi yang belum dipahami tersebut.

Contoh Soal Formatif

 

 

6) Tes Sumatif

Tes sumatif merupakan tes yang tidak asing bagi siswa, karena tes ini adalah tes akhir dari program pembelajaran. Tes ini juga bisa disebut Ujian Akhir Semester (UAS), Ulangan Umum dan Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA). Tes sumatif dilaksanakan pada akhir program pembelajaran, misalnya pada setiap akhir semester atau akhir tahun. Materi dalam tes sumatif adalah materi yang telah diajarkan selama satu semester. Dengan demikian, materi ini lebih banyak daripada materi yang ada pada tes formatif. Tes sumatif biasanya dilakukan dengan cara tulisan dan biasanya siswa memperoleh soal yang sama satu sama lainnya. Tes ini memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi dibandingkan tes formatif. Dengan ada tes sumatif, maka guru dapat menentukan peringkat atau rangking siswa selama program pembelajaran dan menentukan kelayakan seorang siswa untuk mengikuti program pembelajaran selanjutnya.

Contoh Soal Sumatif

 

b. Berdasarkan Aspek Psikis

Bila ditinjau dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes dapat. dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Tes Intelegensi

Tes intelegensi adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.

 

2) Tes Kemampuan

Tes kemampuan merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan kemampuan dasar.

 

 

 

3) Tes Bakat

Tes bakat merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan bakat khusus (akademik atau non akademik) yang dimiliki oleh seseorang.

 

4) Tes Kepribadian

Tes kepribadian merupakan tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan ciri-ciri khas dari seseorang, seperti gaya bicara atau cara berpakaian.

 

c. Berdasarkan Jumlah Peserta Tes

Berdasarkan dari segi jumlah peserta yang mengikuti tes, maka teknik tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

 

 

1) Tes Individual

Dalam tes individual, pihak penguji hanya berhadapan dengan satu orang yang mengikuti tes.

2) Tes Kelompok

Pihak penguji berhadapan dengan lebih dari satu orang yang mengikuti tes

 

d. Berdasarkan Segi Waktu yang disediakan

Ditinjau dari segi waktu yang disediakan bagi peserta tes dalam menyelesaikan tes, maka tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

1)  Power Tes

Dalam power tes, waktu yang disediakan peserta tes untuk menyelesaikan tes tidak dibatasi.

2) Speed Tes

Waktu yang disediakan bagi peserta tes dalam menyelesaikan kegiatan tes dibatasi atau ditentukan.

 

 

 

e. Berdasarkan Bentuk Respons

Bila ditilik dari segi bentuk respons (jawaban), maka tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, antara lain:

1) Verbal Tes

Merupakan tes yang menghendaki respons (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat (lisan).

2) Non Verbal Tes

Non verbal tes Merupakan tes yang menghendaki respons (jawaban) dari peserta tes bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku. Jadi respons yang dikehendaki muncul dari peserta tes adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.

 

f. Berdasarkan Cara Mengajukan Pertanyaan dan Memberikan Jawaban

Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

 

1) Tes Tertulis

Dalam jenis tes ini, pihak penguji dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soal tes dilakukan secara tertulis dan peserta tes memberikan jawaban juga secara tertulis.

2) Tes Lisan

Pihak penguji dalam pertanyaan-pertanyaan tes dilaku- kan secara lisan dan peserta tes juga memberikan jawaban tes secara lisan.

 

2.4    Teknik Non Tes

Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai gambaran karakteristik minat, sifat, dan kepribadian. Melalui:

a. Pengamatan (observation), yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara perorangan maupun kelompok, di kelas maupun di luar kelas. Sebagai alat evaluasi, observasi digunakan untuk:

1) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri seorang siswa.

2) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

3) Suatu bentuk tes essay atau objektif tidak dapat menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam menjelaskan pendapat siswa secara lisan, bekerja kelompok dan kemampuan siswa dalam mengumpulkan data. Namun, melalui observasi kegiatan ini mungkin untuk diamati.

 

Cara dan Tujuan Observasi

Menurut cara dan tujuannya, observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Observasi Partisipatif dan Non Partisipatif

Observasi partisipatif adalah observasi dilakukan dengan cara orang yang mengobservasi (observer) ikut serta ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sementara dalam kegiatan observasi non partisipatif, observer tidak meng- ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya atau berada "di luar garis" atau seolah-olah sebagai penonton saja.

Contoh Observasi Partisipati

No

Pernyataan

Ya

Tidak

Jumlah Skor

Skor Sikap

Kode Nilai

1

Selama diskusi, saya ikut serta mengusulkan ide/gagasan.

50

 

250

62,50

C

2

Ketika kami berdiskusi, setiap anggota mendapatkan kesempatan untuk berbicara.

 

50

3

Saya ikut serta dalam membuat kesimpulan hasil diskusi kelompok.

50

 

4

...

100

 

 

Catatan :

1.  Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50

2.  Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400

3.  Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 400) x 100 = 62,50

4.  Kode nilai / predikat :

75,01 – 100,00       = Sangat Baik (SB)

50,01 – 75,00         = Baik (B)

25,01 – 50,00         = Cukup (C)

00,00 –  25,00        = Kurang (K)

5.  Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan dan keterampilan

 

 

 

 

Contoh Observasi Non Partisipatif

 

2) Observasi Sistematis dan Non Sistematis

Dalam observasi sistematis, sebelum kegiatan observasi dilakukan observer terlebih dahulu mengatur struktur yang berupa kategori atau kriteria tertentu dan masalah-masalah yang dihadapi, contoh- nya guru sedang mengamati siswa dalam kegiatan menanam bunga, maka sebelum guru melakukan pengamatan sudah terlebih dahulu membuat kategori-kategori yang akan guru amati misalnya kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, kerja sama dan kebersih- an, kategori tersebut dicocokkan dengan tingkah laku siswa dalam kegiatan menanam bunga. Sedangkan dalam observasi non sistematis, apabila dalam kegiatan pengamatan tidak terdapat struktur kategori yang akan diamati.

 Contoh Observasi Sistematis

1)   Sikap

-        Penilaian Observasi

Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari-hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan langsung dilakukan oleh guru. Berikut contoh instrumen penilaian sikap

No

Nama Siswa

Aspek Perilaku yang Dinilai

Jumlah Skor

Skor Sikap

Kode Nilai

BS

JJ

TJ

DS

1

75

75

50

75

275

68,75

C

2

...

...

...

...

...

...

...

 

 

Keterangan :

    BS : Bekerja Sama

    JJ : Jujur

    TJ : Tanggun Jawab

    DS : Disiplin

 

Catatan :

1.  Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:

100     = Sangat Baik

75       = Baik

50       = Cukup

25       = Kurang

2.  Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400

3.  Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75

4.  Kode nilai / predikat :

75,01 – 100,00       = Sangat Baik (SB)

50,01 – 75,00         = Baik (B)

25,01 – 50,00         = Cukup (C)

00,00 –  25,00        = Kurang (K)

5.   Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Contoh Observasi Non Sistematis

 

 

 

 

 

 

3) Observasi Eksperimental

Observasi eksperimental merupakan observasi yang dilakukan secara non partisipatif tetapi sistematis. Bertujuan untuk menge- tahui atau melihat perubahan dan gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.

Contoh Observasi Eksperimental

 

Sifat Observasi

Pengamatan atau observasi yang baik memiliki beberapa sifat-sifat tertentu, antara lain:

1) Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran.

2) Perencanaan secara sistematis.

3) Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.

4) Dapat diperiksa validitas, reliabilitas, dan ketelitiannya.

 

Kelebihan dan Kelemahan Observasi

Observasi sebagai alat evaluasi non tes memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

1) Melalui observasi, dapat diperoleh data sebagai aspek tingkah laku siswa.

2) Dalam observasi memungkinkan pencatatan secara serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting.

3) Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mengecek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket.

 4) Observer tidak perlu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati. Jika menggunakan pun, maka hanya sesekali dan tidak secara langsung memegang peran.

 

Sedangkan beberapa kelemahan dari observasi antara lain:

1) Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya, maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya, mengamati siswa yang menyanyi, siswa tersebut kelihatan gembira dan lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira dan bahagia, mungkin sebaliknya. siswa sedih atau berduka, namun dirahasiakan.

2) Apabila objek yang diobservasi telah mengetahui jika sedang diobservasi, maka tidak mustahil tingkah lakunya akan dibuat-buat, agar observer merasa senang.

 

Skala penilaian teknik non tes:

a. skala sikap

Skala sikap, yaitu alat penilaian yang digunakan untuk mengungkap sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa.

 

b. Angket

Angket, yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis. Dengan menggunakan angket pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar lebih prakt menghemat waktu dan tenaga. Namun, jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, terlebi lagi jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam angket kurang tajam sehingga memungkinkan bagi responden untuk memberikan jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak penilai.

Angket dapat diberikan langsung kepada siswa atau dapat pula diberikan kepada orang tua siswa. Pada umumnya, tujuan pengguna- an angket dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar siswa.

 

c.catatan harian

Catatan harian, yaitu suatu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang mempunyai dengan perkembangan pribadinya

 

d. daftar cek  

Daftar cek, yaitu suatu daftar yang digunakan untuk mengecek ter- hadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.

 

e. Wawancara, dapat diartikan sebagai cara untuk mendapatkan atau bahan-bahan keterangan yang dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara sepihak berdasarkan tujuan yang telah ditentukan.

 

Penggelompokkan Wawancara:

Wawancara dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

1) bebas, yaitu penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara.

2) Wawancara terpimpin, yaitu pewawancara telah menyusun pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab (responden) pada informasi-inforamai yang diperlukan saja.

 

Faktor Penunjang Keberhasilan Wawancara

Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Hubungan baik pewawancara dengan responden. Dalam hal ini, hendaknya pewawancara menyesuaikan diri dengan orang yang diwawancarainya.

2) Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap

hasil wawancara yang dilakukan, sehingga sebaiknya guru perlu melatihkan diri untuk memiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.

3) Keberhasilan wawancara juga dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh pewawancara. Sebaiknya guru sebelum melaksanakan wawancara harus membuat pedoman secara terperinci tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.

 

Kelebihan dan Kelemahan Wawancara Wawancara memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

1) Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi, na- mun hal ini sangat bergantung pada hubungan baik pewawancara dengan responden.

2) Wawancara dapat dilaksanakan untuk semua jenjang umur serta mudah dalam pelaksanaannya.

3) Wawancara dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan observasi. Melalui wawancara data tentang keadaan individu akan lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan melalui observasi atau angket.

4) Wawancara dapat menimbulkan hubungan baik pewawancara dan responden.

 

Sementara beberapa kelemahan dari wawancara antara lain:

1) Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan dan kemampuan individu yang akan diwawancarai.

2) Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksanaan

3) Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna serta komunikatif dari pewawancara.

4) Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempe ngaruhi hasil wawancara.

 

Aspek-aspek yang dieksploitasi dalam menilai non tes antara lain:

a. Catatan perilaku harian Indikator penting lain dari proses pendidikan adalah perilaku harian peserta didik, yakni perilaku positif dan negatif pada saat tertentu muncul. Dalam catatan harian, hendaknya tertulis jelas nama siswa, prilaku yang muncul (positif/negatif), dan keterangan mengenai tempat kejadian dan waktunya.

 

b. Laporan aktivitas di luar kelas Belajar itu tidak dibatasi oleh dinding kelas. Oleh karena itu, di luar kelas bahkan di luar sekolah para siswa tetap bisa belajar. Maka masyarakat dan sekitar dijadikan laboratorium untuk belajar. Siswa dengan aktivitas yang menonjol akan memperoleh penilaian lebih baik.

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

III.      PENUTUP

 

3.1  Kesimpulan

Teknik tes merupakan suatu teknik penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian dan  teknik Tes dibagi 6 golongan yaitu

(1)     penggolongan tes berdasarkan fungsi

(2)     aspek psikis

(3)     jumlah peserta

(4)     segi waktu respons

(5)      cara mengajukan / memberikan pertanyaan,

(6)      uraian penggolongan tes 

Teknik non-tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai gambaran karakteristik minat, sifat, dan kepribadian melalui observasi, angket, catatan harian, daftar cek dan wawancara.

Dalam evaluasi pembelajaran  dilakukan pada akhir kegiatan, dan dapat dilaksanakan pada setiap tahapan waktu baik itu tes maupun non tes. Evaluasi hasil belajar sifatnya berupa tes  kemampuan, yaitu mengukur sampai sejauh mana tingkat pemahaman materi pelajaran yang telah disampaikan dalam kegiatan pembelajaran

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Rosidin, Undang. 2017. Evaluasi dan Asesmen Pembelajaran. Yogyakarta: Media Akademi.

Arikunto, S & jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksaara

 

 

 

 


Postingan populer dari blog ini

Kumpulan pantun pengajar praktik /guru penggerak

  Kumpulan pantun pengajar praktik /guru penggerak angkatan 3 tahun 2021 Pergi ke pasar membeli itik Pulangnya membeli mangga Disini tempat pengajar praktik tempat orang hebat semua... Makan coklat di tepi pantai Tapi sayang bau terasi Kegiatan diklat telah usai Saatnya untuk beraksi Muncul virus dari Wuhan Jangan lupa menjaga kesehatan Empat hari kita berteman Tapi sayang belum berjabat tangan Nanam tomat di tanah miring Ke ladang bawa piring tetap hebat pembelajaran daring Walau pinggang jadi miring Pak tani menanam tomat Lahannya tanah miring Bapak/Ibu  tetap HEBAT Walau pembekalannya via DARING Ikan tenggiri bahan untuk buat tekwan. Makanan wong Palembang. Memang penjelasan Bu Dewi lembut dan menawan. Pasti kami akan ingat dan terkenang. Jika tuan Guru hendak silat berdebat Mari mencari ikan tapah ke Sungai Pawan Halo Ibu/Bapak Guru CPP GP yang sungguh hebat Mari kita sukseskan program GP ini demi Transformasi pendidikan. buah durian enak dimakan ditema

Polinomial metode substitusi dan metode Horner

Mencari Nilai Suku Banyak Menggunakan Metode Dan Metode Horner   Haii.. swmangat pagi Topik kali ini adalaahhhh…. tentang polinominal. Polinominal atau suku banyak memiliki berbagai macam metode dalam proses pencarian hasil dan sisanya. Dan 2 metode yang ada di polinominal adalah metode subtitusi dan metode Horner yang mana akan saya bahas kali ini. Pasti kalian akan merasa mudah dengan salah satu metode yaitu metode subtitusi.  Coba deh contoh soal dibawah ini...  selalu ada beberapa cara dalam menyelesaikan suatu persoalan yang diberikan. Oke langsung saja ke pembahasan mengenai polinominal. Polinomial metode substitusi dan Horner Metode Substitusi Persamaan suku banyak f(x) mempunyai bentuk yang umum seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Nilai suku banyak pada titik x = k bisa diperoleh dengan mengganti nilai x dengan k lalu menghitungnya dengan cara aljabar yang biasa misalkan nilai polinomial dari  f(x)=6x³ + 43x² + 5x – 13 dengan x=-7.   Maka f(x)=6x³ + 43x² + 5x – 13   f(

Penerapan Pola Pikir Bertumbuh pada Kurikulum Merdeka

 Penerapan pola pikir bertumbuh dalam asesmen diharapkan membangun kesadaran bahwa proses pencapaian tujuan pembelajaran, lebih penting dari pada sebatas hasil akhir. kita sebagai pendidik diharapkan mampu menerapkan ide penerapan pola pikir bertumbuh, Ide-Ide Penerapan Pola Pikir  Bertumbuh (Growth Mindset) Pola pikir bertumbuh (growth mindset) digagas oleh Carol S. Dweck dari Stanford University. Seseorang yang memiliki pola pikir bertumbuh berkeyakinan bahwa kecerdasan dan bakat dapat dikembangkan seiring berjalannya waktu, usaha, dan belajar yang diikuti kesungguhan dan ketekunan. Sementara seseorang yang memiliki pola pikir tetap (fixed mindset), berkeyakinan bahwa kecerdasan dan bakat bersifat tetap, tidak bisa berubah. berikut uraian ide penerapan pola pikir bertumbuh a. Kesalahan dalam belajar itu wajar. Jika diterima, dikomunikasikan, dan dicarikan jalan keluar, maka kesalahan akan menstimulasi perkembangan otak peserta didik. b. Belajar bukan tentang kecepatan, tetapi tentang