Langsung ke konten utama

esssay Perwujudan Karakter Profil Pelajar Pancasila Melalui Permainan Tradisional Dilingkungan Sekolah

 Perwujudan Karakter Profil Pelajar Pancasila Melalui Permainan Tradisional Dilingkungan Sekolah

Oleh :
Ani Nurdiana, S. Pd
Guru SMA Tri Sukses Natar Lampung Selatan
Tema : Transformasi SMA Menuju  Sekolah Sehat


Latar Belakang

Tujuan pendidikan nasional saat ini rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Terlihat dari kebijakan sekarang ini dengan sistem pendidikan di Indonesia dengan menerapkan kurikulum merdeka disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka pada 11 Februari 2022 secara daring. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa di sekolah, dengan berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan kebudayaan kebangsaan Indonesia.

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanah Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti;  belum menunjukkan profil yang berorientasi pancasila dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan terpadu terutama dilingkungan sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa (Puspitasari, 2014) dan juga  dilansir dari  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Jakarta/22/07/2021, permasalahan remaja menjadi Fokus Perhatian penting dalam Pembangunan karakter yang dilakukan dan berdasarkan survei perlu membangun bangsa Indonesia sejak masa pendidikan terutama Remaja untuk memiliki karakter kuat dan baik , secara individual maupun sosialnya akan memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik. Mengingat begitu pentingnya karakter ini, maka tempat belajar salah satunya  di Sekolah menjadi tempat belajar penumbuhan karakter yang baik. 

Satuan pendidikan yang dipandang sebagai wadah tempat murid mengembangkan sikap,
pengetahuan, dan berbagai keterampilan yang dibutuhkan pada saat murid itu melakukan proses
pengembangan dan peningkatan kualitas dirinya (Aisyah M, 2018), perkembangan terus memacu peradaban budaya yang semakin terus berubah. Tidak hanya perkembangan dari kebudayaan tetapi juga berkembangnya teknologi semakin bertambah maju. Perubahan tidak hanya terjadi pada lingkungan sosial tetapi juga pada pola hidup pelajar. Proses dan pola seorang pelajar dalam kegiatan sehari hari mengalami perkembangan terutama dilingkungan sekolah.

perlu dilakukan  pendidikan  karakter  yang  efektif  sebagai  solusi  alternatif  dalam menghadapi  permasalahan  pendidikan  karakter  di  negeri  ini  sehingga  tujuan pendidikan karakter yang diharapkan yakni demi tercipta generasi muda yang berkualitas  baik  secara  moral  maupun  intelektual  serta  bisa  menjadi  bangsa yang bermartabat dapat tercapai (Purnomo, 2014) . Penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar Pancasila bagi   Dasar sangat penting dilakukan karena anak-anak saat ini hidup pada zaman digitalisasi dan bahkan jika kita lihat kondisi di lapangan sudah semakin banyak terjadi penurunan nilai karakter murid. Bagi seorang guru, menanamkan pendidikan karakter kepada murid adalah suatu hal yang akan memberikan tantangan tersendiri

Pada zaman saat ini pelajar jarang mengenal permainan tradisional bahkan ada yang tidak mengenal permainan tradisional. Perubahan merupakan pergerakan struktur yang berkaitan dengan perubahan waktu. Hal ini menyebabkan banyak anak-anak tidak mengenal sama sekali permainan tradisional yang sebenarnya merupakan sebuah sarana bagi anak-anak dari usia dini hingga usia sekolah untuk melatih motorik dan kognitif mereka. remaja Indonesia sebenarnya harus mampu mempertahankan permainan tradisional ini karena Permainan tradisional tidak sekedar permainan saja tetapi didalamnya terdapat unsur budaya yang melekat kuat dan harus terus dilestarikan. Permainan tradisional yang sudah jarang ditemui karena tidak adanya sosialisasi dari orang tua ke anak ataupun dari guru ke murid akan terus hilang dan ini sangat berdampak kepada generasi muda saat ini. Anak lebih mengenal  permainan yang ada diteknologi seperti game dibandingkan permainan tradisional. Oleh sebab itu Anak-anak yang sudah individualis akan lebih menjadi pribadi yang tertutup karena permainan ini tidak mengajarkan kerja sama dan hal-hal positif lainnya. Perubahan kebiasaan pada remaja dalam hal bermain dan memudarnya budaya bangsa pada permainan tradisional inilah yang mendorong ide pada essay ini dilakukan. Seiring dengan kurikulum merdeka Manusia dan kebudayaan mengalami perubahan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks, seperti yang dikemukakan Herbert Spencer dalam unlinear theories of evolution. (Yudiwinata & Handoyo, 2014) Salah satu perubahan yang mengalami pergerakan cukup terlihat yaitu perubahan pada permainan tradisional, pada zaman dulu permainan tradisional ini dijadikan permainan sehari-hari namun pada kenyataannya saat ini permainan tradisional tidak lagi sebagai permainan sehari-hari. Anak-anak pada zaman sekarang lebih mengenal permainan modern. Hal ini menjadikan kurangnya eksistensi permainan tradisional dikalangan anak-anak. Contoh permainan tradisonal seperti tradisional bakiak dan permainan engklek secara  permainan ini sangat baik dalam perkembangan sosial emosional (Fitri et al., 2022) , Bahkan di Indonesia permainan tradisional yang dilakukan memiliki nilai budaya yang sangat besar. Permainan tradisional akan mengembangkan karakter anak dan juga mencintai budayanya.

Indonesia adalah bangsa besar yang mempunyai beragam suku bangsa dengan budaya dan bahasa yang bermacam-macam, begitupun dengan permainan tradisional. Menurut statistik kebudayaan pada tahun 2017, diperkirakan terdapat 785 jenis permainan tradisional di tanah air. Namun sayangnya, di era teknologi dan informasi seperti saat ini, permainan tradisional mulai tergantikan dengan permainan modern berbasis elektronik maupun ragam jenis hiburan digital lainnya. Selain sebagai hiburan, permainan tradisional memiliki banyak manfaat positif bagi mereka yang memainkannya. Manfaat yang didapat antara lain mengembangkan potensi diri melalui kegiatan olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Selain itu, permainan tradisional juga mengandung nilai karakter, seperti nilai religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan nilai integritas.


Selama ini permainan tradisional di sekolah atau dimanapun selalu identik dengan pedesaan dan anak anak usia sekolah dasar. Oleh karena itu, sekolah yang menjadi tempat untuk memfasilitasi kegiatan dengan permainan tradisonal pada jenjang SMA selain itu keterlibatan guru memberikan motivasi agar anak didik mencintai permainan tradisional sehingga senantiasa menjadi pembelajaran keterampilan bagi murid antara lain dengan cara mengimplementasikan paradigma baru pada implementasi kurikulum merdeka. Dengan demikian, generasi yang akan datang diharapkan kembali  menjaga kemampuan emosioanal , interaksi sesama warga sekolah. Esai ini mengangkat salah satu konsep dalam perkembangan remaja dalam kemampuan berinteraksi sesama warga sekolah dengan kurikulum merdeka yang saat ini di gaungkan dengan perwujudan profil pelajar pancasila  yaitu dengan paradigma baru serta mengharapkan para generasi saat ini mengetahui permainan tradisional dan peningkatan kemampuan keterampilan melalaui permainan tradisonal.

Pembahasan
A. Peran Permainan Tradisional di sekolah

permainan tradisional mengandung banyak unsur nilai budaya yang identik dengan pendidikan multikultural. Bentuk-bentuk nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional seringkali tidak terpikirkan oleh kita, tetapi, ketika kita mengamati dan merasakan, ternyata dalam permainan tradisional ada banyak elemen nilai-nilai budaya yang umumnya bersifat positif sehingga dapat dijadikan untuk membentuk kepribadian anak-anak menjadi satu generasi bangsa yang berbudi luhur berdasarkan budaya daerahnya. Permainan tradisional dapat melatih anak-anak untuk dapat menguasai diri mereka sendiri, menghargai atau mengakui kekuatan orang lain, berlatih untuk berkeliling atau menjadi orang yang benar dan bijak (Eka Saputra, 2017). Dengan demikian, permainan tradisional memiliki peran penting dalam memberikan pemahaman tentang pendidikan multikultural. Ini penting diberikan kepada anak-anak usia tingkat Sekolah Dasar, karena anak-anak akan belajar memahami keanekaragaman budaya Nasional untuk menumbuhkan toleransi dan rasa hormat di lingkungan tempat mereka tinggal serta lingkungan luar yang memiliki keanekaragaman budaya yang berbeda.

Permainan tradisional tidak hanya memberikan nilai rekreasi atau sekadar bersenang-senang. Lebih dari itu, permainan tradisional juga mengandung atau mengandung unsur nilai budaya yang identik dengan pendidikan multikultural. Karena itu, permainan tradisional penting sebagai wahana permainan anak-anak untuk mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan multikultural yang terkandung di dalamnya

Peran permainan tradisional dalam pembelajaran  penumbuhan karakter disekolah menjadi hal yang sangat penting untuk mewujudkan profil pelajar yang dicita citakan dalam pembangunan nasional indonesia saat ini . Hal inisanga tmendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan profil pelajar pancasila yang dikemas dalam kurikulum merdeka yang sudah diterapkan di Sekolah termasuk di Jenjang Sekolah Menengah Atas.

Dengan adanya Kurikulum Merdeka memberikan ruang yang besar di sekolah dalam mewujudkan merdeka bagi murid untuk mengemas pendidikan karakter melalui kebijakan di Sekolah . bagaimana peran Sekolah dalam Mewujudkan karakter murid melalui kegiatan disekolah,  tanpa menghilangkan esensial pembelajaran Cara membentuk kesenangan dihati murid bisa dilakukan dengan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka melalui kegiatan yang sudah dimusyawarakan bersama peangku kepentingan sekolah dan juga bersama guru , memfasulitasi kegiatan melalui program yang sudah ditetapkan bersama dalam mewujudkan karakter sebagai pengimplemtasian profil pelajar pancasila , secara global mereka sudah senang dengan cara yang dilakukan sekolah, guru, dengan sendirinya murid juga akan senang dan antusias dalam kegiatan program dari kebijakan sekolah, terutama permainan tradisional, jika terusik dengan umur, mereka sangat menikmati dengan permainan tradisonal yang sudah dialokasikan waktu nya (Devi Nurbaiti selaku Pembina Osis, Wawancara. 11 Agustus, 2023).

B. Penerapan Profil Pelajar Pancasila

 Pada hakikatnya yang menjadi dasar kesatuan Pancasila adalah manusia. Di dalam sila-sila Pancasila hanya terdapat satu pendukung yaitu manusia. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa yang berketuhanan yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, dan yang berkeadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada
hakikatnya adalah manusia. Jadi yang menjadi pendukung pokok dan subjek sila sila Pancasila adalah manusia termasuk didalamnya pelajar Indonesia.

Pembentukan karakter bangsa merupakan salah satu tujuan dari pendidikan nasional. Undang-undang No 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional  adalah berkembangnya potensi murid agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis serta bertanggung jawab. Karena pada dasarnya tujuan pendidikan tidak hanya untuk membentuk anak menjadi pribadi yang hebat di bidang kognitif tetapi juga dalam pembentukan karakternya. Namun pada kenyataannya, di lapangan banyak terjadi kasus yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karater yang diharapkan. Perkembangan teknologi tidak hanya memberikan dampak positif demi kemajuan pendidikan, tetapi juga dapat melemahkan nilai-nilai karakter ideologi bangsa Indonesia. Sebagai seorang guru yang merupakan panutan sekaligus pemimpin di dalam kelas sudah seharusnya selalu mengaitkan nilai nilai karakter dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. terutama pelajar wajib mengiplementasikan nilai-nilai pancasila sebab kekuatan Indonesia bertumpu pada kesadaran masyarakatnya untuk berkarakter dan memahami nilai pancasila. Karena Negara yang  hebat,  berasal  dari rakyat  yang  cerdas (Sari & Najicha, 2022). Penerapan nilai-nilai pancasila di sekolah dilakukan dengan konsep dasar yang tetap atau tidak berubah, hanya tinggal diaplikasikan dengan kreatifitas atau imajinasi masing-masing yang disesuaikan dengan kondisi kekinian melalui program sekolah.  Melalui sharing bersama Wakil Sekolah bidang Kesiswaan Penerapan Profil tidak hanya dalam kelas, tetap bisa juga diluar kelas , dengan kurikulum merdeka ini, sekolah dalam penerapan profil pelajar pancasila melalui program sekolah melalui program jum’at Sehat dengan kegiatan permainan tradisional.

Sumber : Dokumentasi SMA Tri Sukses 


C. Membangun karakter Melalui Permainan Tradisonal

Diantara sarana terbaik untuk mengokohkan karakter anak-anak adalah melalui permainan yang melibatkan fisik maupun pemikiran anak. Rogers & Sawyer’s (Nadjamuddin, 2016) mengemukakan bahwa hingga pada anak usia sekolah bermain bagi anak memiliki arti yang sangat penting. Adapun nilai-nilai penting dalam bermain bagi anak, yaitu sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan problem solving pada anak.

2. Menstimulasi perkembangan bahasa dan kemampuan verbal.

3. Mengembangkan keterampilan sosial.

4. Merupakan wadah pengekspresian emosi.

( Misbach dalam Nadjamuddin, 2016)  penelitiannya menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak yang dapat meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Aspek motorik dengan melatih daya tahan, daya lentur, sensori motorik, motorik kasar, dan motorik halus.

2. Aspek kognitif dengan mengembangkan imaginasi, kreativitas, problem solving, strategi, kemampuan antisipatif, dan pemahaman kontekstual.

3. Aspek emosi dengan menjadi media katarsis emosional, dapat mengasah empati dan pengendalian diri.

4. Aspek bahasa berupa pemahaman konsep-konsep nilai.

5. Aspek sosial dengan mengkondisikan anak agar dapat menjalin relasi, bekerjasama, melatih kematangan sosial dengan teman sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi dengan berlatih peran dengan orang yang lebih dewasa dan masyarakat secara umum.

 6. Aspek spiritual, permainan tradisonal dapat membawa anak untuk menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung (transcendental).

7. Aspek ekologis dengan memfasilitasi anak untuk dapat memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana.

8. Aspek nilai-nilai/moral dengan memfasilitasi anak untuk dapat menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya.

Maka, permainan tradisional menjadi perlu untuk diregenerasikan dan pembelajran kepada remaja saat ini, sebagai alternatif pilihan permaina dalam  implementasi karakter melalui profil pelajar pancasila.

Intinya bahwa pembelajaran Karakter yang ideal di sekolah Menengah Atas adalah
terfasilitasinya murid untuk dapat tumbuh dan berkembang Karakter Profil Pelajar pancasila, yakni sebuah kemampuan murid memilki karakter secara konsisten dan pengambilan keputusan yang memengaruhi Sikap dalam kehidupannya sehari-hari.

selaras dengan yang di kemukakan oleh Purnomo  sekolah yang memiliki komitmen terhadap pengembangan karakter melihat diri mereka sendiri melalui kaca mata moral untuk mengetahui seberapa jauh segala sesuatu di sekolah berpengaruh terhadap karakter murid. Pendekatan komprehensif menggunakan seluruh aspek yang ada di lingkungan sekolah sebagai kesempatan untuk pengembangan karakter.


Penutup

Kebijakan Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia Indonesia melalui sistem pendidikan yang berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan kebudayaan Indonesia. Kebijakan ini menekankan pentingnya pengembangan karakter dalam pendidikan, yang bertujuan untuk menciptakan individu yang kuat, bermoral, dan berkarakter. Kebijakan ini juga menekankan perlunya metode pengajaran yang efektif untuk mengatasi keragaman budaya yang berkembang di Indonesia.

Kebijakan yang dikemas dalam program bentuk perwujudan karakter menekankan pentingnya mengakui peran guru dalam membentuk perkembangan moral dan intelektual siswa. Kebijakan ini juga menekankan perlunya sistem pendidikan modern yang menggabungkan permainan tradisional dan modern, menumbuhkan rasa kebersamaan dan individualisme di antara para siswa.

Program sekolah yang mewujudkan profil pekajar pancasila melalui permainan tradisonal merupakan program Kebijakan paradigma perubahan dalam kurikulum dan kurikulum untuk menyelaraskan dengan kebijakan pemerintah yang spesifik yang selaras pada pendekatan yang komprehensif terhadap pendidikan, dengan memasukkan prinsip-prinsip Pancasila, UUD 1945, dan budaya Indonesia.

Sebagai kesimpulan, Kebijakan Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan karakter Indonesia melalui sistem pendidikan yang mengedepankan individualitas, moralitas, dan pengembangan intelektual melalui permainan tradisoanal merupakan perwujudan profil pelajar pancasila.

 


DAFTAR PUSTAKA

Aisyah M, A. (2018). Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya. Kencana

Fitri, F., Karta, I. W., & Nurhasanah, N. (2022). Pengaruh permainan tradisional bakiak dan engklek terhadap perkembangan sosial emosional anak. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 10(1), 85–93. https://doi.org/10.21831/jppfa.v10i1.55255

Nadjamuddin, A. (2016). Membangun Karakter Anak Lewat Permainan Tradisional Daerah Gorontalo. Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 4(2), 74–79. http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi/article/view/441

Purnomo, S. (2014). Sutrimo Purnomo. Jurnal Kependidikan, II(2), 66–84.

Puspitasari, E. (2014). Pendekatan pendidikan karakter. Jurnal Edueksos, III(2), 45–57.

Saputra, N. E., & Ekawati, Y. N. 2017. Permainan Tradisional Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Dasar Anak. Jurnal Psikologi Jambi. 2 (2), p48-53. https://www.online-journal.unja.ac.id/jpj/article/view/4796 .

Sari, R., & Najicha, F. U. (2022). MEMAHAMI NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DALAM             KEHIDUPAN MASYARAKAT. Harmony: Jurnal Pembelajaran IPS dan PKN, 7(1), 53-58.

Yudiwinata, H. P., & Handoyo, P. (2014). Permainan Tradisional dalam Budaya dan Perkembangan Anak. Paradigma, 02, 1–5.

 https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/luncurkan-kurikulum-merdeka-mendikbudristek-ini-lebih-fleksibel 

https://www.bkkbn.go.id/berita-remaja-ingat-pahamilah-kesehatan-reproduksi-agar-masa-depan-cerah-dan-cegah-penyakit-menular-seksualh-kesehatan-reproduksi-agar-masa-depan-cerah-dan-cegah-penyakit-menular-seksual 

https://edukasi.kompas.com/read/2022/03/04/093445971/3-permainan-tradisional-ini-bisa-bentuk-karakter-pelajar

 

 


Postingan populer dari blog ini

Kumpulan pantun pengajar praktik /guru penggerak

  Kumpulan pantun pengajar praktik /guru penggerak angkatan 3 tahun 2021 Pergi ke pasar membeli itik Pulangnya membeli mangga Disini tempat pengajar praktik tempat orang hebat semua... Makan coklat di tepi pantai Tapi sayang bau terasi Kegiatan diklat telah usai Saatnya untuk beraksi Muncul virus dari Wuhan Jangan lupa menjaga kesehatan Empat hari kita berteman Tapi sayang belum berjabat tangan Nanam tomat di tanah miring Ke ladang bawa piring tetap hebat pembelajaran daring Walau pinggang jadi miring Pak tani menanam tomat Lahannya tanah miring Bapak/Ibu  tetap HEBAT Walau pembekalannya via DARING Ikan tenggiri bahan untuk buat tekwan. Makanan wong Palembang. Memang penjelasan Bu Dewi lembut dan menawan. Pasti kami akan ingat dan terkenang. Jika tuan Guru hendak silat berdebat Mari mencari ikan tapah ke Sungai Pawan Halo Ibu/Bapak Guru CPP GP yang sungguh hebat Mari kita sukseskan program GP ini demi Transformasi pendidikan. buah durian enak dimakan ditema

Polinomial metode substitusi dan metode Horner

Mencari Nilai Suku Banyak Menggunakan Metode Dan Metode Horner   Haii.. swmangat pagi Topik kali ini adalaahhhh…. tentang polinominal. Polinominal atau suku banyak memiliki berbagai macam metode dalam proses pencarian hasil dan sisanya. Dan 2 metode yang ada di polinominal adalah metode subtitusi dan metode Horner yang mana akan saya bahas kali ini. Pasti kalian akan merasa mudah dengan salah satu metode yaitu metode subtitusi.  Coba deh contoh soal dibawah ini...  selalu ada beberapa cara dalam menyelesaikan suatu persoalan yang diberikan. Oke langsung saja ke pembahasan mengenai polinominal. Polinomial metode substitusi dan Horner Metode Substitusi Persamaan suku banyak f(x) mempunyai bentuk yang umum seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Nilai suku banyak pada titik x = k bisa diperoleh dengan mengganti nilai x dengan k lalu menghitungnya dengan cara aljabar yang biasa misalkan nilai polinomial dari  f(x)=6x³ + 43x² + 5x – 13 dengan x=-7.   Maka f(x)=6x³ + 43x² + 5x – 13   f(

Penerapan Pola Pikir Bertumbuh pada Kurikulum Merdeka

 Penerapan pola pikir bertumbuh dalam asesmen diharapkan membangun kesadaran bahwa proses pencapaian tujuan pembelajaran, lebih penting dari pada sebatas hasil akhir. kita sebagai pendidik diharapkan mampu menerapkan ide penerapan pola pikir bertumbuh, Ide-Ide Penerapan Pola Pikir  Bertumbuh (Growth Mindset) Pola pikir bertumbuh (growth mindset) digagas oleh Carol S. Dweck dari Stanford University. Seseorang yang memiliki pola pikir bertumbuh berkeyakinan bahwa kecerdasan dan bakat dapat dikembangkan seiring berjalannya waktu, usaha, dan belajar yang diikuti kesungguhan dan ketekunan. Sementara seseorang yang memiliki pola pikir tetap (fixed mindset), berkeyakinan bahwa kecerdasan dan bakat bersifat tetap, tidak bisa berubah. berikut uraian ide penerapan pola pikir bertumbuh a. Kesalahan dalam belajar itu wajar. Jika diterima, dikomunikasikan, dan dicarikan jalan keluar, maka kesalahan akan menstimulasi perkembangan otak peserta didik. b. Belajar bukan tentang kecepatan, tetapi tentang