esssay Perwujudan Karakter Profil Pelajar Pancasila Melalui Permainan Tradisional Dilingkungan Sekolah
Perwujudan Karakter Profil Pelajar Pancasila Melalui Permainan Tradisional Dilingkungan Sekolah
Oleh
:
Ani
Nurdiana, S. Pd
Guru SMA
Tri Sukses Natar Lampung Selatan
Tema
: Transformasi SMA Menuju Sekolah Sehat
Latar
Belakang
Tujuan pendidikan nasional saat ini
rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap
satuan pendidikan. Terlihat dari kebijakan sekarang ini dengan sistem
pendidikan di Indonesia dengan menerapkan kurikulum merdeka disampaikan oleh Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim
meluncurkan Kurikulum Merdeka pada 11 Februari 2022 secara daring. Oleh karena itu, rumusan tujuan
pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa di sekolah, dengan berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan
kebudayaan kebangsaan Indonesia.
Pembangunan karakter yang merupakan
upaya perwujudan amanah Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh
realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti; belum menunjukkan profil yang berorientasi
pancasila dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, keterbatasan perangkat
kebijakan terpadu terutama dilingkungan sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai
Pancasila, bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi
bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa (Puspitasari,
2014) dan juga dilansir dari
Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN),
Jakarta/22/07/2021, permasalahan remaja menjadi Fokus Perhatian penting dalam Pembangunan
karakter yang dilakukan dan berdasarkan survei perlu membangun bangsa Indonesia
sejak masa pendidikan terutama Remaja untuk memiliki karakter kuat dan baik ,
secara individual maupun sosialnya akan memiliki akhlak, moral dan budi pekerti
yang baik. Mengingat begitu pentingnya karakter ini, maka tempat belajar salah
satunya di Sekolah menjadi tempat
belajar penumbuhan karakter yang baik.
Satuan pendidikan yang dipandang sebagai
wadah tempat murid mengembangkan sikap,
pengetahuan, dan berbagai keterampilan yang dibutuhkan pada saat murid
itu melakukan proses
pengembangan dan peningkatan kualitas dirinya (Aisyah M, 2018), perkembangan
terus memacu peradaban budaya yang semakin terus berubah. Tidak hanya
perkembangan dari kebudayaan tetapi juga berkembangnya teknologi semakin
bertambah maju. Perubahan tidak hanya terjadi pada lingkungan sosial tetapi
juga pada pola hidup pelajar. Proses dan pola seorang pelajar dalam kegiatan
sehari hari mengalami perkembangan terutama dilingkungan sekolah.
perlu dilakukan pendidikan
karakter yang efektif
sebagai solusi alternatif
dalam menghadapi
permasalahan pendidikan karakter
di negeri ini
sehingga tujuan pendidikan
karakter yang diharapkan yakni demi tercipta generasi muda yang
berkualitas baik secara
moral maupun intelektual
serta bisa menjadi
bangsa yang bermartabat dapat tercapai (Purnomo,
2014) . Penguatan pendidikan karakter melalui profil pelajar Pancasila bagi Dasar sangat penting dilakukan karena
anak-anak saat ini hidup pada zaman digitalisasi dan bahkan jika kita lihat
kondisi di lapangan sudah semakin banyak terjadi penurunan nilai karakter murid.
Bagi seorang guru, menanamkan pendidikan karakter kepada murid
adalah suatu hal yang akan memberikan tantangan tersendiri
Pada zaman saat ini pelajar jarang mengenal
permainan tradisional bahkan ada yang tidak mengenal permainan tradisional.
Perubahan merupakan pergerakan struktur yang berkaitan dengan perubahan waktu.
Hal ini menyebabkan banyak anak-anak tidak mengenal sama sekali permainan
tradisional yang sebenarnya merupakan sebuah sarana bagi anak-anak dari usia dini
hingga usia sekolah untuk melatih motorik dan kognitif mereka. remaja Indonesia
sebenarnya harus mampu mempertahankan permainan tradisional ini karena Permainan
tradisional tidak sekedar permainan saja tetapi didalamnya terdapat unsur
budaya yang melekat kuat dan harus terus dilestarikan. Permainan tradisional
yang sudah jarang ditemui karena tidak adanya sosialisasi dari orang tua ke
anak ataupun dari guru ke murid akan terus hilang dan ini sangat berdampak
kepada generasi muda saat ini. Anak lebih mengenal permainan yang ada diteknologi seperti game
dibandingkan permainan tradisional. Oleh sebab itu Anak-anak yang sudah
individualis akan lebih menjadi pribadi yang tertutup karena permainan ini
tidak mengajarkan kerja sama dan hal-hal positif lainnya. Perubahan kebiasaan
pada remaja dalam hal bermain dan memudarnya budaya bangsa pada permainan
tradisional inilah yang mendorong ide pada essay ini dilakukan. Seiring dengan
kurikulum merdeka Manusia dan kebudayaan mengalami perubahan sesuai dengan
tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks,
seperti yang dikemukakan Herbert Spencer dalam unlinear theories of evolution. (Yudiwinata
& Handoyo, 2014) Salah satu perubahan yang mengalami
pergerakan cukup terlihat yaitu perubahan pada permainan tradisional, pada
zaman dulu permainan tradisional ini dijadikan permainan sehari-hari namun pada
kenyataannya saat ini permainan tradisional tidak lagi sebagai permainan
sehari-hari. Anak-anak pada zaman sekarang lebih mengenal permainan modern. Hal
ini menjadikan kurangnya eksistensi permainan tradisional dikalangan anak-anak.
Contoh permainan tradisonal seperti tradisional
bakiak dan permainan engklek secara permainan ini sangat baik dalam perkembangan
sosial emosional (Fitri et al.,
2022) , Bahkan di Indonesia permainan tradisional
yang dilakukan memiliki nilai budaya yang sangat besar. Permainan tradisional
akan mengembangkan karakter anak dan juga mencintai budayanya.
Indonesia
adalah bangsa besar yang mempunyai beragam suku bangsa dengan budaya dan bahasa
yang bermacam-macam, begitupun dengan permainan tradisional. Menurut statistik
kebudayaan pada tahun 2017, diperkirakan terdapat 785 jenis permainan
tradisional di tanah air. Namun sayangnya, di era teknologi dan informasi
seperti saat ini, permainan tradisional mulai tergantikan dengan permainan
modern berbasis elektronik maupun ragam jenis hiburan digital lainnya. Selain
sebagai hiburan, permainan tradisional memiliki banyak manfaat positif bagi
mereka yang memainkannya. Manfaat yang didapat antara lain mengembangkan
potensi diri melalui kegiatan olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Selain itu,
permainan tradisional juga mengandung nilai karakter, seperti nilai
religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan nilai integritas.
Selama
ini permainan tradisional di sekolah atau dimanapun selalu identik dengan
pedesaan dan anak anak usia sekolah dasar. Oleh karena itu, sekolah yang
menjadi tempat untuk memfasilitasi kegiatan dengan permainan tradisonal pada
jenjang SMA selain itu keterlibatan guru memberikan motivasi agar anak didik
mencintai permainan tradisional sehingga senantiasa menjadi pembelajaran
keterampilan bagi murid antara lain dengan cara mengimplementasikan paradigma
baru pada implementasi kurikulum merdeka. Dengan demikian, generasi yang akan datang
diharapkan kembali menjaga kemampuan
emosioanal , interaksi sesama warga sekolah. Esai ini mengangkat salah satu
konsep dalam perkembangan remaja dalam kemampuan berinteraksi sesama warga
sekolah dengan kurikulum merdeka yang saat ini di gaungkan dengan perwujudan
profil pelajar pancasila yaitu dengan paradigma
baru serta mengharapkan para generasi saat ini mengetahui permainan tradisional
dan peningkatan kemampuan keterampilan melalaui permainan tradisonal.
Pembahasan
A. Peran
Permainan Tradisional di sekolah
permainan tradisional
mengandung banyak unsur nilai budaya yang identik dengan pendidikan
multikultural. Bentuk-bentuk nilai budaya yang terkandung dalam permainan
tradisional seringkali tidak terpikirkan oleh kita, tetapi, ketika kita
mengamati dan merasakan, ternyata dalam permainan tradisional ada banyak elemen
nilai-nilai budaya yang umumnya bersifat positif sehingga dapat dijadikan untuk
membentuk kepribadian anak-anak menjadi satu generasi bangsa yang berbudi luhur
berdasarkan budaya daerahnya. Permainan tradisional dapat melatih anak-anak
untuk dapat menguasai diri mereka sendiri, menghargai atau mengakui kekuatan
orang lain, berlatih untuk berkeliling atau menjadi orang yang benar dan bijak
(Eka Saputra, 2017). Dengan demikian, permainan tradisional memiliki peran
penting dalam memberikan pemahaman tentang pendidikan multikultural. Ini
penting diberikan kepada anak-anak usia tingkat Sekolah Dasar, karena anak-anak
akan belajar memahami keanekaragaman budaya Nasional untuk menumbuhkan
toleransi dan rasa hormat di lingkungan tempat mereka tinggal serta lingkungan
luar yang memiliki keanekaragaman budaya yang berbeda.
Permainan tradisional tidak
hanya memberikan nilai rekreasi atau sekadar bersenang-senang. Lebih dari itu,
permainan tradisional juga mengandung atau mengandung unsur nilai budaya yang
identik dengan pendidikan multikultural. Karena itu, permainan tradisional
penting sebagai wahana permainan anak-anak untuk mengintegrasikan nilai-nilai
pendidikan multikultural yang terkandung di dalamnya
Peran permainan tradisional dalam pembelajaran penumbuhan karakter disekolah menjadi hal yang
sangat penting untuk mewujudkan profil pelajar yang dicita citakan dalam
pembangunan nasional indonesia saat ini . Hal inisanga tmendukung upaya
pemerintah dalam mewujudkan profil pelajar pancasila yang dikemas dalam
kurikulum merdeka yang sudah diterapkan di Sekolah termasuk di Jenjang Sekolah Menengah
Atas.
Dengan adanya Kurikulum Merdeka memberikan ruang yang
besar di sekolah dalam mewujudkan merdeka bagi murid untuk mengemas pendidikan
karakter melalui kebijakan di Sekolah . bagaimana peran Sekolah dalam
Mewujudkan karakter murid melalui kegiatan disekolah, tanpa menghilangkan esensial pembelajaran Cara
membentuk kesenangan dihati murid bisa dilakukan dengan pembelajaran yang
menyenangkan bagi mereka melalui kegiatan yang sudah dimusyawarakan bersama
peangku kepentingan sekolah dan juga bersama guru , memfasulitasi kegiatan
melalui program yang sudah ditetapkan bersama dalam mewujudkan karakter sebagai
pengimplemtasian profil pelajar pancasila , secara global mereka sudah senang
dengan cara yang dilakukan sekolah, guru, dengan sendirinya murid juga akan
senang dan antusias dalam kegiatan program dari kebijakan sekolah, terutama
permainan tradisional, jika terusik dengan umur, mereka sangat menikmati dengan
permainan tradisonal yang sudah dialokasikan waktu nya (Devi Nurbaiti selaku Pembina
Osis, Wawancara. 11 Agustus, 2023).
B. Penerapan Profil Pelajar Pancasila
Pada hakikatnya yang menjadi dasar kesatuan Pancasila
adalah manusia. Di dalam sila-sila Pancasila hanya terdapat satu pendukung
yaitu manusia. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa yang
berketuhanan yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan
dalam permusyawaratan / perwakilan, dan yang berkeadian sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia pada
hakikatnya
adalah manusia. Jadi yang menjadi pendukung pokok dan subjek sila sila
Pancasila adalah manusia termasuk didalamnya pelajar Indonesia.
Pembentukan karakter bangsa merupakan salah satu tujuan dari pendidikan nasional. Undang-undang No 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi murid agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis serta bertanggung jawab. Karena pada dasarnya tujuan pendidikan tidak hanya untuk membentuk anak menjadi pribadi yang hebat di bidang kognitif tetapi juga dalam pembentukan karakternya. Namun pada kenyataannya, di lapangan banyak terjadi kasus yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karater yang diharapkan. Perkembangan teknologi tidak hanya memberikan dampak positif demi kemajuan pendidikan, tetapi juga dapat melemahkan nilai-nilai karakter ideologi bangsa Indonesia. Sebagai seorang guru yang merupakan panutan sekaligus pemimpin di dalam kelas sudah seharusnya selalu mengaitkan nilai nilai karakter dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. terutama pelajar wajib mengiplementasikan nilai-nilai pancasila sebab kekuatan Indonesia bertumpu pada kesadaran masyarakatnya untuk berkarakter dan memahami nilai pancasila. Karena Negara yang hebat, berasal dari rakyat yang cerdas (Sari & Najicha, 2022). Penerapan nilai-nilai pancasila di sekolah dilakukan dengan konsep dasar yang tetap atau tidak berubah, hanya tinggal diaplikasikan dengan kreatifitas atau imajinasi masing-masing yang disesuaikan dengan kondisi kekinian melalui program sekolah. Melalui sharing bersama Wakil Sekolah bidang Kesiswaan Penerapan Profil tidak hanya dalam kelas, tetap bisa juga diluar kelas , dengan kurikulum merdeka ini, sekolah dalam penerapan profil pelajar pancasila melalui program sekolah melalui program jum’at Sehat dengan kegiatan permainan tradisional.
Sumber : Dokumentasi SMA Tri Sukses
C. Membangun
karakter Melalui Permainan Tradisonal
Diantara sarana terbaik untuk mengokohkan
karakter anak-anak adalah melalui permainan yang melibatkan fisik maupun
pemikiran anak. Rogers & Sawyer’s (Nadjamuddin,
2016) mengemukakan bahwa hingga pada anak usia
sekolah bermain bagi anak memiliki arti yang sangat penting. Adapun nilai-nilai
penting dalam bermain bagi anak, yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan problem solving
pada anak.
2. Menstimulasi perkembangan bahasa dan
kemampuan verbal.
3. Mengembangkan keterampilan sosial.
4. Merupakan wadah pengekspresian emosi.
( Misbach dalam Nadjamuddin, 2016)
penelitiannya menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat menstimulasi
berbagai aspek perkembangan anak yang dapat meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Aspek motorik dengan melatih daya tahan,
daya lentur, sensori motorik, motorik kasar, dan motorik halus.
2. Aspek kognitif dengan mengembangkan
imaginasi, kreativitas, problem solving, strategi, kemampuan antisipatif, dan
pemahaman kontekstual.
3. Aspek emosi dengan menjadi media katarsis
emosional, dapat mengasah empati dan pengendalian diri.
4. Aspek bahasa berupa pemahaman
konsep-konsep nilai.
5. Aspek sosial dengan mengkondisikan anak
agar dapat menjalin relasi, bekerjasama, melatih kematangan sosial dengan teman
sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi dengan
berlatih peran dengan orang yang lebih dewasa dan masyarakat secara umum.
6.
Aspek spiritual, permainan tradisonal dapat membawa anak untuk menyadari
keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung (transcendental).
7. Aspek ekologis dengan memfasilitasi anak
untuk dapat memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana.
8. Aspek nilai-nilai/moral dengan
memfasilitasi anak untuk dapat menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan
dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya.
Maka, permainan tradisional menjadi perlu
untuk diregenerasikan dan pembelajran kepada remaja saat ini, sebagai
alternatif pilihan permaina dalam implementasi karakter melalui profil pelajar
pancasila.
Intinya bahwa pembelajaran Karakter yang ideal di sekolah
Menengah Atas adalah
terfasilitasinya
murid untuk dapat tumbuh dan berkembang Karakter Profil Pelajar pancasila,
yakni sebuah kemampuan murid memilki karakter secara konsisten dan pengambilan
keputusan yang memengaruhi Sikap dalam kehidupannya sehari-hari.
selaras dengan yang di kemukakan oleh Purnomo sekolah yang memiliki komitmen terhadap pengembangan
karakter melihat diri mereka sendiri melalui kaca mata moral untuk mengetahui
seberapa jauh segala sesuatu di sekolah berpengaruh terhadap karakter murid.
Pendekatan komprehensif menggunakan seluruh aspek yang ada di lingkungan
sekolah sebagai kesempatan untuk pengembangan karakter.
Penutup
Kebijakan Pendidikan Nasional bertujuan untuk
mengembangkan kualitas manusia Indonesia melalui sistem pendidikan yang
berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan kebudayaan Indonesia. Kebijakan ini
menekankan pentingnya pengembangan karakter dalam pendidikan, yang bertujuan
untuk menciptakan individu yang kuat, bermoral, dan berkarakter. Kebijakan ini
juga menekankan perlunya metode pengajaran yang efektif untuk mengatasi
keragaman budaya yang berkembang di Indonesia.
Kebijakan yang dikemas dalam program bentuk
perwujudan karakter menekankan pentingnya mengakui peran guru dalam membentuk
perkembangan moral dan intelektual siswa. Kebijakan ini juga menekankan
perlunya sistem pendidikan modern yang menggabungkan permainan tradisional dan
modern, menumbuhkan rasa kebersamaan dan individualisme di antara para siswa.
Program sekolah yang mewujudkan profil
pekajar pancasila melalui permainan tradisonal merupakan program Kebijakan paradigma
perubahan dalam kurikulum dan kurikulum untuk menyelaraskan dengan kebijakan
pemerintah yang spesifik yang selaras pada pendekatan yang komprehensif
terhadap pendidikan, dengan memasukkan prinsip-prinsip Pancasila, UUD 1945, dan
budaya Indonesia.
Sebagai kesimpulan, Kebijakan Pendidikan
Nasional bertujuan untuk mengembangkan karakter Indonesia melalui sistem
pendidikan yang mengedepankan individualitas, moralitas, dan pengembangan
intelektual melalui permainan tradisoanal merupakan perwujudan profil pelajar
pancasila.
DAFTAR
PUSTAKA
Aisyah M, A. (2018). Pendidikan Karakter:
Konsep dan Implementasinya. Kencana
Fitri, F., Karta, I. W., &
Nurhasanah, N. (2022). Pengaruh permainan tradisional bakiak dan engklek
terhadap perkembangan sosial emosional anak. Jurnal Pembangunan Pendidikan:
Fondasi Dan Aplikasi, 10(1), 85–93.
https://doi.org/10.21831/jppfa.v10i1.55255
Nadjamuddin, A. (2016). Membangun
Karakter Anak Lewat Permainan Tradisional Daerah Gorontalo. Tadbir: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 4(2), 74–79.
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi/article/view/441
Purnomo, S. (2014). Sutrimo Purnomo. Jurnal
Kependidikan, II(2), 66–84.
Puspitasari, E. (2014). Pendekatan
pendidikan karakter. Jurnal Edueksos, III(2), 45–57.
Saputra, N. E., &
Ekawati, Y. N. 2017. Permainan Tradisional Sebagai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Dasar Anak. Jurnal Psikologi Jambi. 2 (2),
p48-53. https://www.online-journal.unja.ac.id/jpj/article/view/4796 .
Sari, R., & Najicha, F. U. (2022).
MEMAHAMI NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT. Harmony:
Jurnal Pembelajaran IPS dan PKN, 7(1), 53-58.
Yudiwinata, H. P., & Handoyo, P.
(2014). Permainan Tradisional dalam Budaya dan Perkembangan Anak. Paradigma,
02, 1–5.